Friday, May 1, 2020

Menghargai Teman


Seekor anjing, berada di tengah jalan menjaga anjing lain yg mati karena tertabrak mobil.
Dengan menggunakan kakinya,
anjing tersebut berusaha membangunkan temannya.

Dia terus berusaha mendorong temannya yg telah mati ke menepi ke sisi lain jalan, tetapi dia tidak sanggup melakukannya.
Ketika orang-orang mau menolongnya,
dia menyalak, mengusir mereka yg mendekati temannya yg telah mati.


Walaupun lalulintas padat,
dia tetap tidak mau menjauh dari sahabatnya.

Banyak orang yg menyaksikan kejadian dan sangat mengharukan,
betapa seekor anjing saja bisa menunjukan kesetiaan terhadap sahabatnya..

Bagaimana dengan Anda?
Sudahkah Anda menghargai teman dan sahabat Anda selama Anda masih hidup?

Teman itu seperti balon,
sekali dilepas mungkin kita tidak akan mendapatkannya kembali.

Terkadang kita terlalu mempermasalahkan siapa yang benar dan siapa yang salah.
Kita terlalu berpatokan pada prinsip
"Yang salah harus meminta maaf pada yang benar."
Seringkali kita tidak mau meminta maaf pada sahabat kita hanya lantaran kita merasa paling benar sendiri atau gengsi.
Padahal sebenarnya dalam bersahabat, tidak peduli siapapun yang salah,
keduanya harus saling meminta maaf dan memaafkan.

Terkadang kita terlalu sibuk dengan urusan kita sendiri hingga tidak sadar kalau kita tidak menghiraukan teman kita.
Mungkin saat itu mereka sedang ada masalah dan butuh kita,
 sedangkan kita sendiri terlalu sibuk dengan urusan kita sendiri.
Kalau sudah begitu
 jangan salahkan kalau Anda tidak akan punya sahabat sejati seumur hidup Anda.

Berikan yang terbaik kepada teman-teman dan sahabat-sahabat kita.
 Jangan kecewakan mereka.
Berusahalah untuk menjadi seorang teman dan sahabat bagi orang lain. Jangan menuntut sahabat Anda.
Hingga suatu hari ketika Anda tidak ada, maka akan ada banyak orang yang akan menangisi kepergian Anda.

Bukan teman,
 jika dia hanya sibuk mendekat saat kita sehat, kaya, berkecukupan dan tertawa,
tapi kabur menghilang saat kita miskin
jatuh,
dan punya masalah.
Bantu mendoakan saja,
sesuatu yang mudah sekali dilakukan,
dia pura-pura lupa.

Bukan teman,
jika dia hanya cengengesan sok akrab saat ada maunya,
tapi lenyap ditelan bumi saat maunya sudah beres, dan tidak butuh lagi.

Sungguh bukan teman,
 orang-orang yang berkerubung karena manis lezatnya sesuatu, semangat mendukung,
tapi bilang tidak kenal saat tinggal pahit getahnya
Tidak perlu melirik orang lain.
Tidak perlu asyik menilai orang lain.
Karena boleh jadi kitalah pelakunya.

from ATHS WA

No comments:

Post a Comment